Senin, 11 Januari 2016

Aforisme Dunia 16

ANAK BELAJAR DARI KEHIDUPANNYA


Jika anak dibesarkan dengan kritik, mereka belajar memaki/menyalahkan.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, mereka belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, mereka belajar gelisah.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, mereka belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan ejekan/tertawaan, mereka belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iri, mereka belajar kedengkian.
Jika anak dibesarkan dengan rasa malu, mereka belajar merasa bersalah.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, mereka belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, mereka belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, mereka belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, mereka belajar mencintai.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, mereka belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, mereka belajar mengenali tujuan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, mereka belajar kedermawanan.
Jika anak dibesarkan dengan kejujuran, mereka belajar kebenaran.
Jika anak dibesarkan dengan kelayakan/kewajaran, mereka belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan kebaikan dan perhatian, mereka belajar menghormati.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, mereka belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan keramahan, mereka meyakini sungguh indah dunia ini.

(Penulis/Pendidik Amerika Dorothy Law Nolte).


ANAKMU BUKAN MILIKMU


Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.

Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.

Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikirannya sendiri.

Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.

Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.

Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.

Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.

Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.

(Penulis/Filsuf Lebanon/Amerika Kahlil Gibran).